Dienstag, Dezember 13, 2005
Just The Two of Us: A Kind of Kopdar?

Sore hari, tanggal 8 Desember, saat tengah berbaring malas di tempat tidur (seharian

Pukul 19:00, kami sekeluarga sudah siap menanti kedatangan Liza dan Mas Ajun. Ya siap dalam artian sudah mandi dan berpakaian, namun masih berbaring malas di tempat tidur sambil menonton TV (filmnya jorok banget! Penuh dengan kecoak, hihihi!). Lima belas menit kemudian, Liza dan Mas Ajun pun tiba. Sayangnya, Mas Ajun nggak bisa lama-lama karena harus kembali ke kantornya. Tapi nggak apa-apa deh, toh istri tercintanya dititipkan ke kami, hehehe.

Bertolak belakang dengan Cabe Rawit, kali ini kami memiliki beragam pilihan kuliner western. Jadi kami berempat memesan steak, dengan varian yang berbeda. Jim memesan salah satu menu spesial hari itu, Tournedo. Papa pesan black pepper steak. Sementara Liza dan saya (lagi-lagi kompak!) memesan steak Lou Lou something gitu lah (nggak ingat nama, yang pasti sih beef steak dengan creamy cheese cream). Untuk minumannya, seperti biasa, Jim dan Papa berbagi sebotol bir besar sementara Liza memesan jus mangga, dan segelas lemon tea untuk saya.



Makanannya sih biasa-biasa saja. Harganya terbilang mahal untuk ukuran kualitas rasanya. Nggak direkomendasikan deh. Eh iya, ada kejadian yang nyebelin juga. Aku kan pesan dagingku dimasak medium, sementara Liza well done. Eh, tertukar! Sebalnya lagi, kami baru ngeh pas sudah menghabiskan setengah steak! Pas protes juga nggak dapat ganti rugi, hihihi...
Pas lagi asyik-asyiknya makan, something happened. Sebuah penampakan! Memang insting saya tajam banget kali ya (kalau menyangkut cowok, hahaha!). Meskipun saya duduk memunggungi pintu masuk, tapi kedatangan seorang cowok langsung 'tercium'.
Dan begitu lihat cowok itu, aku langsung bengong (nggak ding, yang bener tuh langsung heboh!). Ini dia si cowok (foto diambil diam-diam, tentunya. Tapi sialnya, di jepretan terakhir, aku lupa mematikan flash!).

Yang pasti sih, pas aku lihat orang itu, aku sampai mikir, "Lho? Kok Yayang ada di Bali?" Hihihi... . Tapi setelah shock-nya hilang (jelas shock dong! Kalau itu benar-benar Micha kan artinya aku nggak bakalan bisa leluasa ngeceng selama di Bali!), langsung bisa membedakan. Bentuk kepala beda, bentuk telinga beda, bekas cukuran rambutnya juga berbeda (yang di Bali ini rambut bagian depannya sudah botak, Micha kan belum), bekas cukuran di rahangnya juga beda, kacamatanya beda, hidungnya beda, bibirnya beda, dan tubuh Micha lebih tinggi serta kekar (duh! Jadi kangen abis!).
Yang pasti sih, pas aku kasih lihat Micha foto itu, dia sendiri komentar, "Oh! This guy really almost looks like me! Astonishing!"
Tadinya pengen nanya sih ke Micha, apa bapaknya dulu pernah kencan sama cewek Selandia Baru, tapi nggak tega, hihihi.
Eh, tapi cowok yang mirip Micha itu sama sekali bukan yamidedi lho! Tampang boleh mirip, tapi aura berbeda jauh. You're still the best (so far), mein Schatz!
Selesai makan, kami memutuskan untuk berjalan kaki (meski rintik hujan terus jatuh dari langit). Tujuan kami satu: pantai Padma. Tahun lalu, sebelum aku berpesta-pora di Oktoberfest yang diadakan di Mama's German Restaurant, Liza juga menemani kami duduk di tepi pantai ini, menikmati sunset (sayangnya, kali ini kami tidak dapat menikmati pemandangan itu, hanya kelam malam, angin pantai, dan suara ombak yang sudah cukup memuaskan).
Meskipun rencana awalnya Mas Ajun akan menjemput Liza setelah kami selesai melepas rindu

Nah, apa jadinya jika Joan ketemu warnet? Ya langsung masuk lah, nge-junk bareng Liza, hahaha! Untungnya Papa dan Mas Ajun paham dan bersabar menunggu. :-p
Saat malam bertambah larut, dan hujan besar bersiap turun, kami pun berpamitan... . Perjumpaan terakhir di tahun ini. Semoga Micha mau ke Bali bulan depan, biar bisa sekalian ke Amed bareng Ina, dan seperti kata Liza...dapat restu langsung, hahaha!
Comments:
Links to this post:
<< Home
Pwanjang betul postingannya.
Mas Ajun itu Mas Ajuna?
:D
eh, emang di Bali tuh cowok bulenya nggilani ya. Di kafe, di pantai, di toko, seliweran di jalan, serasa saya berkunjung ke negeri orang ketimbang bulenya berkunjung ke negeri saya.
btw, mungkin kapan2 kita mesti adu sensor, sensor mana yg lebih canggih liat cowok bule.. sensor kamu apa sensor saya hihihih
:P
Mas Ajun itu Mas Ajuna?
:D
eh, emang di Bali tuh cowok bulenya nggilani ya. Di kafe, di pantai, di toko, seliweran di jalan, serasa saya berkunjung ke negeri orang ketimbang bulenya berkunjung ke negeri saya.
btw, mungkin kapan2 kita mesti adu sensor, sensor mana yg lebih canggih liat cowok bule.. sensor kamu apa sensor saya hihihih
:P
Masalah nama Mas Ajun, silakan tanya langsung kepada sang istri.
BTW, jangan-jangan dia ini alter ego Junski-nya bLub? Hihihi...
Wah, sensor saya nggak terbatas sama bule, kok, yang penting cakep! Tapi boleh aja kita ngadu. Biar makin banyak bisa cuci matanya, hahaha!
Makasih ya, udah mampir. ;-)
BTW, jangan-jangan dia ini alter ego Junski-nya bLub? Hihihi...
Wah, sensor saya nggak terbatas sama bule, kok, yang penting cakep! Tapi boleh aja kita ngadu. Biar makin banyak bisa cuci matanya, hahaha!
Makasih ya, udah mampir. ;-)
Jes: Iya, ini blog-nya. Hehehe...
Frozi: Bayar, Bang!
Visien: Lapar ya makan dong! ;-)
Benceh: Belum ada kopdar lagi sih! Hihihi... . Ntar kalo jadi mampir ke Surabaya, mungkin bakal diapdet. ;-)
Bunda: *muach-muach juga* Makasih... . Kadonya mana?
Kommentar veröffentlichen
Frozi: Bayar, Bang!
Visien: Lapar ya makan dong! ;-)
Benceh: Belum ada kopdar lagi sih! Hihihi... . Ntar kalo jadi mampir ke Surabaya, mungkin bakal diapdet. ;-)
Bunda: *muach-muach juga* Makasih... . Kadonya mana?
Links to this post:
<< Home